Minggu, 02 November 2014

Antologi Puisi SMP Negeri 5 Banguntapan Bantul

MATAHARIKU
(Annisa Febriana)

Matahari yang baik
Aku sangat membutuhkanmu
Tetaplah engkau bersinar di bumi
Aku selalu menanti-nanti sinarmu
Hariku selalu indah setiap melihat sinarmu
Apa yang terjadi jika kau tak terbit
Rumput dan dedaunan tak akan hijau lagi
Indahnya bumi akan lenyap
Karena kau tiada kembali
Untukku kaulah penyinar di dunia ini


















PELANGIKU
(Annisa Febriana)

Pelangiku yang cantik....
Engkaulah keindahan alam yang sangat indah
Lama kutunggu hujan reda untuk menyaksikanmu
Akhirnya engkau datang dengan berbagai warna
Nuansa alam begitu sejuk melihatmu
Gembira dan tawa menyertaimu
Inilah keindahan alam yang sangat kunantikan
Karena engkau memang pantas dilihat
Untukku pelangiku tawaku yang indah



























LANGIT BIRU
(Bening Jannati Rupi)

Langit biru....
Alangkah indah warnamu
Nanti bila aku pergi
Gemerlap warnamu kan tetap menyinariku
Indahnya dirimu atas keagungan Tuhan
Takkan bisa terlebihi apapun

Bila malam tiba
Indahnya dirimu akan tetap ada
Rembulan dan bintang yang menyinarimu, menambah keindahanmu
Untuk kali ini aku takan bisa berkata apa-apa melihat keindahanmu    

























DESA YANG INDAH                
(Mia Sulistyowati)

Desaku yang indah permai
Engkau adalah tempat yang indah
Selalu kujaga dan kurawat setiap hari
Agar semua orang bisa menikmati keindahanmu setiap hari
Yang ku impikan setiap malam
Aku ingin selalu hidup di desa ini
Nan indah pemandangan di sekelilingmu
Gunung, sawah, sungai, dan pepohonan menghiasi setiap hari
Inilah karunia Tuhan yang Maha Esa
Namun tak lupa kuharus tetap menjagamu
Desaku yang kucinta
Aku takkan bosan untuk hidup disini
Hidup di tempat yang indah ini















PANTAI BIRU
(Mia Sulistyowati)

Pantai yang indah membentang di negeriku
Angin bertiup kencang
Nan indah pemandanganmu
Tepi pantai yang membentang luas
Air yang jernih membuatmu tampak indah
Indahnya pantaiku
Birunya lautan menambah keindahanmu
Ikan-ikan di laut birumu
Rangkaian pohon kelapa menghiasi bibir pantaimu
Uraian pasir putih melengkapi keindahanmu















PEMANDANGAN
(Novanda Bela Mercita)

Pemandang alam sunggguh indah
Elok dipandang oleh mata
Matahari terbit dari timur memancarkan sinarnya
Alam bgitu indah
Nampak indah dan eksotis
Danau-danau berkelip bak intan permata
Alam begitu menyatu dengan kita
Nirwana bagi kita
Gunung-gunung tampak indah
Alangkah indah pemandangan
Nirwana bagi setiap manusia















MENTARIKU
(Nurul Fidya Harya F.)

Muncul di pagi hari dengan penuh ceria
Engkau laksana penerang dunia
Nuansa sinarmu menghangatkan alam semesta
Tuhan menciptakan kau untuk bermanfaat bagi semua
Alangkah indah sinarmu
Ramah dan senang menyambutmu
Inilah ciptaan tuhan yang paling berpengaruh
Ku tahu kau susah muncul ssat mendung tiba
Untukku kau adalah ciptaan Tuhan yang sangat berguna




























KRISTAL SALJU
(Nurul Fidya Harya F.)

Kilauanmu sungguh mempesona
Rasa senang ketika kau turun
Inginku keluar rumah menyaksikanmu
Sayang, di negaraku tidak ada salju
Taman yang indah kini tertutup olehmu
Alangkah indahnya kau
Lama turun di negeri seberang
Selalu gembira menyertaimu
Anak-anak antusias menyambutmu
Luka, sedih, galau berganti tawa
Jatuh di bumi laksana bola mini
Untukku kau adalah ciptaan Tuhan menggembirakan













AIR HUJAN
(Rizaldi Hendra R.)

Air hujan jatuh mengenai pelipis mata
Inilah rahmat tuhan
Rintik hujan menemani malam

Hujan.....
Udara basah mengisi rongga paru-paru
Jatuhnya air tak terhingga nilainya
Apakah tetap begitu?
Namutiada engkau bakal binasa




























BINTANGKU
(Shabrina Rizky A.U.)

Bila malam tiba.....
Indahnya langit menghiasi gemerlapmu
Nuansa gelap dan dingin berubah menjadi hangat dan romantis
Terasa sangat indah di dalam hati
Anganku seperti menjadi nyata bila melihatmu
Namun saat hujan kau tiada
Gelap mengiringi malamku
Keindahanmu tiada lagi
Untukku kau adalah ciptaan tuhan yang paling indah




























TERATAI
(Tarisa Fuji Hananti A.)

Tumbuh sekumntum bunga teratai
Engkaupun turut menjaga zaman
Rakyatmu pun ikut menjaganya
Akarnya tumbuh dihati dunia
Tersembunyi kembang indah permai
Alangkah indahmu bunga teratai
Ijinkan aku memilikimu seumurhidupku




















PANTAI BALI
(Zerissa Fitriana)

Pantai yang indah
Alangkah indah suasanamu
Nan murni lautmu
Takkan ku lupakan keindahanmu
Akan aku ingat selalu
Indahnya pantai ini

Batu karangmu terjaga indah
Alangkahindah dalam lautmu
Langitpun ikut menghiasi pantaimu
Inginku selalu menjaga hingga akhir hidup


























































































Kata Pengantar

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta hanya karena kekuatan dan bimbingan-Nya, maka antologi puisi akrostik “Keindahan Alam Negeriku” ini dapat terselesaikan.
            Antologi puisi akrostik “Keindahan Alam Negeriku” ini adalah karya luar biasa dari sekumpulan siswa kreatif dan imajinatif, siswa kelas VII D SMP Negeri 5 Banguntapan Bantul. Antologi puisi ini juga dibuat guna membangun kreatifitas siswa dalam menulis puisi. Dapat kita lihat, puisi kini tersudutkan karena dianggap sulit dan membosankan bagi beberapa siswa baik siswa SD, SMP maupun SMA. Maka dari itu, perlunya metode atau teknik pembelajaran yang menarik minat siswa untuk membantu siswa menemukan dan mengemukakan idenya ke dalam puisi. Dipilihlah suatu teknik yang sekiranya mampu membangkitkan dan melatih siswa untuk mengungkapkan idenya ke dalam puisi yakni Teknik Akrostik.
Teknik akrostik bisa dikatakan suatu teknik pembelajaran lama namun terlupakan. Teknik akrostik merupakan teknik yang paling sukses untuk penulis pemula. Teknik akrostik adalah mengingat dengan mengambil huruf depan dari masing-masing kata yang akan diingat. Puisi akrostik berbeda dengan puisi lain karena huruf-huruf pertama tiap baris puisi mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara vertikal.
Semoga antologi ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Banguntapan, April 2014
Penyusun



       Sandya Dwi Fajri





Tidak ada komentar:

Posting Komentar